Sungguh menginspirasi
Dapat dari seorang teman FB
Sebenarnya cerita ini sudah sangat lama beredar di internet, situs
sumber yang saya kutib sendiri telah membuat tulisan ini pada tahun
2009, tapi karena melihat betapa besar hikmah yang bisa saya peroleh
dari kisah ini saya memutuskan untuk memuat kembali artikel tersebut
dalam blog saya, dan karena isinya merupakan sebuah tulisan dalam buku
harian saya memutuskan untuk memuat secara penuh karena takut ada bagian
yang hilang atau berubah pengertiannya. Inilah isi buku harian seorang
pramugari yang mampu membuat para pengguna internet merasa sangat
tersentuh.
Saya adalah seorang pramugari biasa dari Eastern
Airlines, karena masa kerja saya belum lama, jadi belum menjumpai
masalah besar yang tidak bisa dilupakan, setiap hari terlewati dengan
hal-hal kecil yaitu menuangkan air dan menyuguhkan teh. Tidak ada
kegairahan dalam bekerja, sangatlah hambar.
Tapi hari ini,
tanggal 7 Juni, saya telah menjumpai suatu kejadian yang merubah
pemikiran saya terhadap pekerjaan dan pandangan hidup.
Hari ini kami melakukan penerbangan dari Shanghai ke Beijing, penumpang saat itu sangat banyak, satu unit pesawat terisi penuh.
Di antara rombongan orang yang naik pesawat ada seorang paman tua dari
desa yang tidak menarik perhatian, dia membopong satu karung goni besar
di punggungnya, dengan membawa aroma tanah yang khas dari pedesaan.
Saat itu saya sedang berada di depan pintu pesawat untuk menyambut para
tamu, pikiran pertama yang menghampiri saya saat itu adalah masyarakat
sekarang ini sudah sangat makmur, bahkan seorang paman tua dari desa pun
memiliki uang untuk naik pesawat, sungguh royal.
Ketika
pesawat sudah mulai terbang datar, kami mulai menuangkan air, hingga
tiba di baris kursi ke 20-an, terlihat paman tua tersebut, dia duduk
dengan sangat hati-hati, tegak tidak bergerak sama sekali, karung
goninya juga tidak diletakkan di tempat bagasi bawaan, tingkah si paman
tua itu menggendong karung goni besar sekilas seperti rak penyangga bola
dunia (globe), tegak seperti patung.
Saat ditanya mau minum
apa, dengan gugup dia menggoyang-goyangkan tangannya dan berkata tidak
mau. Saat hendak dibantu untuk menyimpan karungnya di tempat bagasi dia
juga menolak. Terpaksa kami biarkan dia menggendong karung tersebut.
Beberapa saat kemudian tiba waktunya untuk membagikan makanan, kami
mendapatkan bahwa dia masih duduk dengan tegak dan tidak bergerak sama
sekali, kelihatannya sangat gelisah, saat diberi nasi, dia tetap saja
menggoyangkan tangannya menolak tanda tidak mau.
Karenanya
kepala pramugari datang menghampirinya dengan ramah menanyakan apakah
dia sedang sakit. Dengan suara lirih dia berkata ingin ke toilet tapi
dia tidak tahu apakah boleh berkeliaran di dalam pesawat, dia takut
merusak barang-barang yang ada di dalam pesawat.
Kami
memberitahu dia tidak ada masalah dan menyuruh seorang pramugara
mengantarkannya ke toilet. Saat menambahkan air untuk kedua kalinya,
kami mendapati dirinya sedang mengamati penumpang lain minum air sambil
terus menerus menjilat-jilat bibirnya sendiri, karenanya kami lantas
menuangkan secangkir teh hangat dan kami letakkan di atas mejanya tanpa
bertanya kepadanya.
Siapa sangka tindakan kami ini membuat ia
sangat ketakutan dan berkali-kali ia mengatakan tidak perlu, kami pun
berkata kepadanya minumlah jika sudah haus. Mendengar demikian dia
melakukan tindakan yang jauh lebih mengejutkan lagi, buru-buru dia
mengambil segenggam uang dari balik bajunya, semuanya berupa uang koin
satu sen-an, dan disodorkan kepada kami.
Kami mengatakan
kepadanya bahwa minuman ini gratis, dia tidak percaya. Dia sepanjang
perjalanan beberapa kali ia masuk ke rumah orang untuk meminta air minum
tetapi tidak pernah diberi, bahkan selalu diusir dengan penuh
kebencian.
Akhirnya kami baru mengetahui ternyata demi
menghemat uang, sepanjang perjalanannya ia sebisa mungkin tidak naik
kendaraan dan memaksakan diri berjalan kaki hingga mencapai kota
terdekat dengan bandara, barulah dia naik taksi ke bandara, bekal
uangnya tidak banyak, maka dia hanya bisa meminta air minum dari depot
ke depot sepanjang perjalanan yang dilewatinya. Sayang sekali dia sering
sekali diusir pergi, orang-orang menganggapnya pengemis.
Kami
menasihatinya selama beberapa waktu lamanya hingga akhirnya dia mau
mempercayai kami, duduk, lalu perlahan-lahan meminum tehnya. Kami
menanyakan apakah dia lapar, maukah memakan nasi, dia masih tetap saja
mengatakan tidak mau.
Dia bercerita bahwa ia memiliki 2 orang
putra, keduanya bisa diandalkan dan sangat berguna, keduanya diterima di
perguruan tinggi, yang bungsu sekarang kuliah di semester 6, sedangkan
si sulung telah bekerja.
Kali ini dia ke Beijing menjenguk anak
bungsunya yang sedang kuliah. Karena anak sulung sudah bekerja
bermaksud menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersamanya di kota,
akan tetapi kedua orang tuanya tidak terbiasa, mereka hanya menetap
beberapa waktu lamanya lalu kembali lagi ke desa.
Kali ini
karena anak sulungnya tidak ingin sang ayah susah payah naik angkutan,
maka dibelikanlah tiket pesawat khusus bagi ayahnya dan bermaksud
menemani ayahnya untuk berangkat bersama dengan pesawat karena sang ayah
tidak pernah menumpang pesawat sebelumnya, ia sangat khawatir ayahnya
tidak mengenali jalan. Akan tetapi ayahnya mati-matian tidak mau naik
pesawat karena beranggapan bahwa hal tersebut adalah suatu pemborosan.
Akhirnya setelah bisa dinasihati sang ayah tetap bersikukuh untuk
berangkat sendirian, tidak mau anaknya memboroskan uang untuk membeli
selembar tiket lagi.
Dia membopong sekarung ketela merah kering
yang diberikan pada anak bungsunya. Ketika pemeriksaan sebelum naik ke
pesawat, petugas mengatakan bahwa karungnya itu terlalu besar, dan
memintanya agar karung itu dimasukkan ke bagasi, namun dia mati-matian
menolak, dia bilang takut ketelanya hancur, jika hancur anak bungsunya
tidak mau makan lagi. Kami memberitahu dia bahwa barang bawaannya aman
jika disimpan disitu, dia berdiri dengan waspada dalam waktu lama,
kemudian baru diletakkannya dengan hati-hati.
Selama dalam
perjalanan di pesawat kami sangat rajin menuangkan air minum untuknya,
dan dia selalu dengan sopan mengucapkan terima kasih. Tapi dia masih
bersikukuh tidak mau makan. Walaupun kami tahu perut si paman tua sudah
sangat lapar. Sampai menjelang pesawat akan mendarat, dia dengan sangat
berhati-hati menanyakan kepada kami apakah kami bisa memberikan sebuah
kantongan kepadanya, yang akan digunakan untuk membungkus nasi jatahnya
tersebut untuk dia bawa pergi.
Dia bilang selama ini dia tidak
pernah mendapatkan makanan yang begitu enak, dan dia akan bawakan
makanan itu untuk diberikan kepada anak bungsunya. Kami semua sangat
terkejut.
Bagi kami nasi yang kami lihat setiap hari ini, ternyata begitu berharganya bagi seorang kakek tua yang datang dari desa ini.
Dia sendiri enggan untuk makan, dia menahan lapar, demi untuk disisakan
bagi anaknya. Oleh karena itu, seluruh makanan yang sisa yang tidak
terbagikan kami bungkus semuanya untuk diberikan kepadanya agar dibawa.
Lagi-lagi dia menolak dengan penuh kepanikan, dia bilang dia hanya mau
mengambil jatahnya saja, dia tidak mau mengambil keuntungan dari orang
lain. Kami kembali dibuat terharu oleh paman tua ini.
Meskipun bukan suatu hal yang besar, akan tetapi bagi saya ini adalah suatu pelajaran yang sangat mendalam.
Tadinya saya berpikir bahwa kejadian ini sudah selesai sampai disini
saja, siapa tahu setelah para tamu lainnya sudah turun dari pesawat,
tinggallah paman tua itu seorang diri, kami membantunya membawakan
karung goninya sampai ke pintu keluar, saat kami akan membantunya
menaikkan karung goni tersebut ke punggungnya, mendadak paman tua itu
melakukan suatu tindakan yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup:
dia berlutut di atas tanah, lalu dengan air mata berlinang dia bersujud
kepada kami dan mengatakan, “Kalian semua sungguh adalah orang-orang
yang baik, kami orang desa sehari hanya bisa makan nasi satu kali,
selama ini kami belum pernah minum air yang begitu manis, tidak pernah
melihat nasi yang begitu bagus, hari ini kalian bukan saja tidak
membenci dan menjauhi saya, malah dengan ramah melayani saya, sungguh
saya tidak tahu bagaimana harus berterima kasih kepada kalian, saya
hanya bisa berharap kalian orang-orang yang baik suatu hari nanti akan
mendapatkan balasan yang baik”.
Sambil tetap berlutut, sambil
berkata seperti itu, sambil menangis, kami semua buru-buru memapahnya
untuk berdiri, sambil tiada hentinya menasihatinya dan menyerahkannya
kepada seorang penjaga yang bertugas untuk membantunya, setelah itu kami
baru kembali ke pesawat untuk melanjutkan pekerjaan kami.
Terus terang saja, selama 5 tahun saya bekerja, di dalam pesawat saya
telah menemui berbagai macam penumpang, ada yang tidak beradab, ada yang
main pukul, juga ada yang berbuat onar tanpa alas an, tapi kami tidak
pernah menjumpai orang yang berlutut kepada kami, terus terang kami juga
tidak melakukan hal yang khusus kepadanya, hanya menuangkan air agak
sering untuk beliau, hal ini telah membuat seseorang yang telah berumur
70 tahun lebih berlutut untuk berterima kasih kepada kami, lagi pula
melihat dia memanggul satu karung ketela merah kering, dia sendiri rela
tidak makan dan menahan lapar demi membawakan anaknya nasi yang
dibagikan di pesawat, juga tidak mau menerima nasi jatah milik orang
lain yang bukan menjadi miliknya, tidak serakah, saya sungguh merasakan
penyesalan yang amat mendalam, lain kali saya harus bisa belajar
berterima kasih, belajar membalas budi orang lain.
Adalah paman tua ini yang telah mengajarkan kepada saya, bagaimana saya harus hidup dengan penuh kebajikan dan kejujuran.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Archives
My Friend's
About Me
- Rivi
- Cewek yg lahir pada tgl 12 Maret setelah kemerdekaan RI (ya.. ealah) hehehe... Lebih tepatnya tahun '85 yang lalu... dibesarkan di kota tercinta ku, Ambon Manise.... (kyk gula...) dr seorang Papa yg asli org Ambon 'en Mami yg asli org Malang... so, klo di campur jadinya JAMBON.. Anak bungsu dari berbagai saudara yang ada di pelosok daerah yang berjajar pulau-pulau..(byk ye....) uda selesai sekolah dan sekarang uda kerja, (tp blm selesai lho!!!;P) blm nikah, dan akan menikah (bentar lg, mo lepas masa single..malu nieh) bagi teman's semua yang mau kenalan lebih lanjut.. boleh deh...
0 comments:
Posting Komentar